Pages

Kamis, 24 Maret 2011

Keiklasan


Didalam bahasa arab akar dari kata iklas itu adalah khalasa yang berarti bersih, berhasil, sampai, selamat, dan pisah. Dari berbagai makna dan arti tersebut dapat dipahami makna iklas bukanlah seperti yng telah selama ini orang konotasikan bahwa banyak orang megira atau menggambarkn sebuah arti keiklasan tak ubahnya iklas itu seperti ketika kita mengeluarkan atau membuang kotoran, maksutnya ketika kita membuang kotoran maka kita tidak akan menoleh kebawah untuk melihat kotoran yang telah kita keluarkan, dan setelah itu tidak kita pikirkan lagi. Sekalipun maksutnya ingin mendiskripsikan denifisi kata iklas, namun betapa rendahnya bila iklas disepadankan dengan sebuah kotoran, yang justru sama sekali tidak bersih, apa ini pantas?? Iklas adalah nilai sebuah aktifitas yang intinya merujuk kepada pengharapan objek yang hendak dituju yang tidak dapat dilukiskan dengan kata – kata, aplagi digambarkan dengan sifat material. Dalam beribadah sering kali kita di ingatkan agar selalu iklas. Imam Ghojali didalam kitabnya Ihya Ulumuddin ketika menguraikan ibadah mengatakan :”Ibadah dengan mengaharapkan ganjaran (balasan ) itu diperbolehkan ( baik ), hal tersebut dilakukan agar kita dapat termotivasi untuk meraihnaya“. Dari pernyataan ini dapat dipahami bahwa sebenarnya iklas itu bukanlah sesuatu membuang sesuatu yang tidak berharga selanjutnya tidak lagi dipikirkan. Sebab, bila seperti itu yang dimaksud dengan iklas, ibadah kita selama ini tidaklah mengandung nilai iklasnya bila masih mengharapkan sesuatu dari ibadah tersebut. Dengan demikian suatu pekerjaan atau perbuatan akan bernilai atau dinilai iklas bukan berdasarkan ada atau tidaknya pamrih yang diharapkan.

Keiklasan lekat sekali dengan subjek ( pelaku ) pekerja, dan ultimate aim ( tujuan akhir ) yang hendak dituju. Disinillah penentuan nilai sebuah keiklasan.

Bila berbuat sesuatu dan hatinya tidak lepas dari keterpautannya kepada penilain manusia lain atau ada embel – embel harapan lain, maka perbuatan tersebut tidak di dasari oleh iklas, tetapi (riya' ) ingin dipuji.

Merujuk kepada keterangan tersebut mungkin iklas itu lebih mengena bila kita artikan sebagai sebuah ketulusan yang tidak rancu dan tumpang tindih. Boleh berharap tapi jangan kepada selain Allah Swt. Jika demikian benarlah bila Mujid menyebutkan : kalimah iklas itu adalah tiada Tuhan ( tempat berharap) kecuali Allah Swt. Kemurnian buat taat hanyalah kepada Allah Swt. sebagaimana dijelaskan dalam Al-Qur'an :

“Maka sembahlah Allah dengan memurnikan ( iklas ) ketaatan hanya kepada-Nya”

(QS. Az-Zumar : 2 )

Dalam ayat lain Allah berfirman :

“Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam menjalankan agama dengan lurus, dan supaya mereka mendirikan sholat dan menunaikan zakat, dan demikian itulah agama yang lurus.”

(QS. Bayyinah : 5 ).

Ayat ini menunjukan bahwa iklas adalah ketulusan berbuat yang ditunjukan hanyalah untuk Allah Swt. semata, tidak untuk orang lain adapun jika kemudian dengan perbuatan itu manusia mendapatkan sesuatu, itu merupakan balasan nyata atas Maha Rahman-Nya Allah Swt.

Iklas adalah menjadikan Allah Swt. sebagai tujuan terdepan dalam berbuat dan beramal lillahhita'alla,,,,!!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar